Permainan Tradisional Anak Nusantara yang Terlupakan
Saat
ini, permainan tradisional kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan.
Padahal dulu permainan tradisional anak-anak begitu marak. Dengan
majunya perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, permainan
tradisional anak-anak Indonesia mulai tergantikan dan jarang ditemui.
Anak-anak lebih suka menonton televisi, bermain playstation, game
online, dan berbagai permainan virtual lainnya.
Ada beberapa faktor penyebab hilangnya permainan anak tradisional ini:
1. Sarana dan tempat bermain tidak ada,
2. Adanya penyempitan waktu, terlebih lagi semakin kompleknya tuntutan zaman terhadap anak yang semakin membebani,
3. Permainan
tradisional terdesak oleh permainan modern dari luar negeri dimana
tidak memakan tempat, tak terkendala waktu baik itu siang hari, pagi,
sore ataupun malam bisa dilakukan, serta tidak perlu menunggu orang lain
untuk bermain,
4. Terputusnya
pewarisan budaya yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dimana mereka
tidak sempat mencatat, mendata, dan mensosialisasikan sebagai produk
budaya masyarakatnya kepada generasi di bawahnya. Budaya instan yang
sudah merasuk pada setiap anggota masyarakat sekarang juga memberikan
sumbangan hilangnya permainan tradisional. Kita selalu terlena oleh
budaya cepat saji, yang penting sudah tersedia dan siap “dimakan “ tanpa
harus melalui proses.
Berikut beberapa permainan tradisional anak yang banyak dijumpai di berbagai pelosok nusantara.
1. Petak Umpet
Siapa yang tidak kenal dengan permainan yang mendunia ini? Dimulai dengan Hompimpa untuk
menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari
teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan
mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap
tembok, pohon atau apa saja sebagai tempat jaga supaya dia tidak melihat
teman-temannya bergerak untuk bersembunyi.
Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya sambil menyentuh tempat jaga. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.
2. Main Kelereng
Dua
atau tiga orang anak (biasanya laki-laki) masing-masing memegang
kelereng, melemparkan kelereng ke dalam area garis yang telah disepakati
besaran dan luasnya. Kelereng yang paling dekat dengan garis tegah,
berhak menembak kelereng lawan lebih awal dengan menggunakan jari. Jika
kena, kelereng yang terkena berhak diambil oleh penembak, demikian
seterusnya.
3. Lompat Tali Karet
Permainan
tali merdeka tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet
dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet
tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan
berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut
harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang
juga gagal dan menggantikan posisinya. Biasanya anak perempuan yang lebih banyak memainkan permainan ini.
4. Bola Bekel
Biji bekel dibuat dari logam. Terdiri dari empat biji bekel dan satu bola bekel.
Logam ini memiliki bentuk yang khas. Terdiri dari permukaan kasar yang
ditandai dengan lubang-lubang kecil di permukannya berjumlah lima titik,
permukaan halus yang ada tanda silang atau polos sama sekali, permukaan
atas yang ada bintik merahnya, dan permukaan bawah yang tidak ada tanda
catnya.
Permainan ini dilakukan dengan cara menyebar dan melempar bola ke atas dan menangkapnya setelah bolamemantul sekali di lantai. Kalau bola tidak tertangkap atau bola memantul beberapa kali maka pemain dinyatakan mati.
5. Engklek
Engklek
merupakan permainan tadisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar
yang digambar di atas tanah. Permainan ini berbentuk kotak-kotak yang
menyerupai tanda tambah namun memiliki kotak-kotak. Pemain harus loncat
dengan menggunakan satu kaki dari kotak satu ke kotak, sambil memegang
sebuah pecahan eternit untuk dilemparkan ke masing-masing kotak dan
kemudian melakukan lompatan ke dalam kotak-kotak tersebut. Setelah
selesai lompat ke semua kotak, pemain mengambil pecahan enternit
tersebut kemudian dilemparkan lagi kotak selanjutnya tapi dalam melempar
tidak boleh melebih batas kotak yang telah disediakan jika melebihi
batas kotak yang telah disediakan maka pemain dinyatakan gugur dan
diganti oleh pemain lagi.
6. Bentengan
Bentengan
adalah permainan yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-masing
terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu
tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, pohon atau pilar sebagai
'benteng'.
Tujuan
utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng'
lawan dengan menyentuh pohon, tiang atau pilar yang telah dipilih oleh
lawan dan ketika menyentuh markasnya. meneriakkan kata “benteng”.
7. Ular-ularan
Perlu
dua kelompok untuk memainkannya. Masing-masing kelompok berbaris ke
belakang dengan memegang bahu teman di depan. Anak yang terdepan
berperan sebagai ular. Bagian belakang dan tengah merupakan badan dan
ekor “ular”. Ketika ular bergerak, semua anggotanya juga bergerak
meliuk-luik mengikuti sang kepala ular. Biasanya kedua kelompok saling
“terkam”, mengambil anggota lawannya. Bagi yang tertangkap, artinya si
anak menjadi anggota baru kelompok lawan.
8. Pecah piring (boi-boian)
Permainan
ini menggunakan bola kasti yg harus digelindingin sama satu tim supaya
kena tumpukan genteng yg udah disusun tim yg lain . .lumayan seru
Anak
patok lele yang dimasukkan dalam lobang tanah kemudian dipukul ujungnya
sehingga melintang ke atas, dan setelah itu dipukul sekuatnya ke depan.
10. Masih
ada banyak lagi permainan tradisional anak lainnya: gobak sodor,
congklak, bakiak, egrang, kucing-kucingan dan lain-lain yang tentunya
seru untuk dimainkan dan memiliki nilai edukasi dan moral yang positif
bagi anak-anak.
Mari kita lestarikan budaya permainan tradisional Indonesia, sebelum nantinya diklaim oleh bangsa lain sebagai milik negara lain